Demikian lah keadaan sang pencari
yang mendambakan Hadirat Rabb-nya.
Ketika Rabb tampil,
sang hamba sirna.
Walaupun penyatuaan dengan Rabb
itu keabadiaan di atas keabadian,
tapi pertama-tama itu berarti matinya
sang hamba dari dirinya sendiri.
Bayangan yang mencari Cahaya lenyap,
ketika Cahaya-Nya tampil.
Bagaimana akal akan bertahan
ketika Dia memerintahkannya pergi?
Semuanya sirna kecuali wajah-Nya.
Dihadapan wajah-Nya, musnah semua wujud
dan ketiadaan: sungguh mencengangkan
wujud di dalam ketiadaan.
Pada hadirat ini, semua akal lenyap:
ketika pena mencapai titik ini,
patahlah ia.
Sumber:Rumi: Matsnavi III: 4658 - 4663 Dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille dan Kabir Helminski
yang mendambakan Hadirat Rabb-nya.
Ketika Rabb tampil,
sang hamba sirna.
Walaupun penyatuaan dengan Rabb
itu keabadiaan di atas keabadian,
tapi pertama-tama itu berarti matinya
sang hamba dari dirinya sendiri.
Bayangan yang mencari Cahaya lenyap,
ketika Cahaya-Nya tampil.
Bagaimana akal akan bertahan
ketika Dia memerintahkannya pergi?
Semuanya sirna kecuali wajah-Nya.
Dihadapan wajah-Nya, musnah semua wujud
dan ketiadaan: sungguh mencengangkan
wujud di dalam ketiadaan.
Pada hadirat ini, semua akal lenyap:
ketika pena mencapai titik ini,
patahlah ia.
Sumber:Rumi: Matsnavi III: 4658 - 4663 Dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Camille dan Kabir Helminski
Posting Komentar